Softskills adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, sifat kepribadian, keterampilan sosial, komunikasi, berbahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang mencirikan kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Softskills merupakan kecerdasan emosional dan sosial (Emotional Inteligence Quotient) yang sangat penting untuk melengkapi hardskills atau kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient). Softskill menyangkut karakter pribadi seseorang yang dapat meningkatkan interaksi individu, kinerja pekerjaan dan prospek karir. Tidak seperti hardskill yang berkenaan dengan kemampuan menyerap ilmu atau keahlian dan kemampuan untuk melakukan jenis tugas atau kegiatan tertentu, softskill berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan sesamanya baik di dalam dan di luar tempat kerja. Softskills adalah bentuk kompetensi perilaku sehingga dikenal pula sebagai keterampilan interpersonal atau people skills, yang mencakup keterampilan komunikasi, resolusi konflik dan negosiasi, efektivitas pribadi, pemecahan masalah secara kreatif, pemikiran strategis, membangun tim, keterampilan mempengaruhi dan keterampilan menjual (gagasan atau ide).
Dari definisi softskills di atas dapat ditarik kesimpulan orang yang mempunyai softskills tinggi adalah orang yang berbudi pekerti, yang mampu mengontrol emosinya dan itu tergambar dalam budi bahasanya, dalam caranya berkomunikasi, perilakunya tidak grusa grusu, satunya kata dan perbuatan atau berintegritas tinggi, tenggang rasa dan toleransi tinggi. Softskill tinggi sudah semestinya menjadi bagian yang melekat (embedded) dalam diri seseorang dengan latar belakang pendidikan atau intelektual tinggi (hardskills).
Persoalannya adalah mengapa para sarjana lulusan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia tidak mesti menunjukkan karakter orang yang berbudi pekerti? Buktinya mudah ditemukan saat kita lihat debat di lembaga DPR yang terhormat yang kerap ditayangkan TV. Mengapa mereka berdebat seperti hanya adu kepandaian dan penguasaan ilmu, pengin menonjolkan diri, merendahkan lawan debat dan tidak berusaha menemukan titik temu guna mendapatkan solusi? Akhirnya debat di parlemen jadi tidak mendidik orang tentang cara bernegosiasi dan mencapai kesepakatan tapi jadi arena adu mulut yang membosankan dan penuh dengan hujan interupsi. Hal sama dapat ditemukan saat pejabat birokrasi memberikan pernyataan tentang suatu problem publik. Seringkali mereka mengeluarkan statement yang tidak fokus ke pemecahan masalah terkait dengan tanggungjawabnya malahan menyalahkan atau mencari kambing hitam guna berkelit atau melepaskan diri dari tanggungjawab.
Jika softskills itu menyangkut pembentukan karakter, kita jadi bertanya apakah pendidikan karakter dan akhlak yang diberikan sejak di TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi itu masih kurang? Kalau ternyata porsi pendidikan karakter yang selama ini ada di pelajaran Agama dan PKN itu ternyata kuantitas dan kualitas sudah cukup, terus apa lagi yang kurang? Saya tidak mempunyai kapasitas dan kompetensi untuk menjawab pertanyaan ini. Namun saya akan mencoba memberikan gambaran tentang apa itu materi yang biasanya menjadi bagian dari pembentukan softskills yang saya temukan di berbagai sumber di internet. Semoga saja informasi ini bisa memberi gambaran tentang apa yang masih kurang atau mungkin tidak bisa disampaikan melalui pelajaran agama dan PKN di sekolahan.
KEGIATAN
SOFTSKILL
Dibangku
kuliah semester 6 ini saya mempelajari tentang perkembangan teknologi game.
Dari situ saya jadi tahu tentang asal mula adanya video game, mulai dari
sejarah dan juga perkembangan game dari waktu ke waktu. Game tidak hanya
dimainkan oleh laki-laki saja tetapi banyak juga perempuan yang tidak mau kalah
bermain video game. Mulai dari kalangan bawah sampai kalangan tingkat atas
bermain video game.
Seiring
berjalannya waktu, ternyata perkembangan game amatlah sangat pesat. Mulai dari
tampilan yang berkualitas rendah sampai dengan yang 3 dimensi seperti kehidupan
nyata. Game yang dahulu hanya bersifat offline, sekarang pun telah banyak game
yang bermunculan yang bersifat online. Jadi, semua orang dapat bermain dalam
waktu yang bersamaan.
Adapun
perbedaan mengenai game online dan offline, yaitu:
GAME OFFLINE
Kelebihan:
1. Tidak
perlu koneksi ke internet
2. Memiliki
grafis dan alur cerita lebih menarik
3. Waktu
tunggu / Loading lebih cepat
4. Menambah
pengetahuan karena terjadinya proses penginstalan game
5. Lebih
santai waktu memainkannya
6. Banyak
jenisnya
7. Dapat
lebih mengatur waktu
8. Dapat
menyesuaikan game dengan kepribadian& keinginan kita.
Kekurangan:
1. Cenderung
cepat membosankan
2. Harus
mengeluarkan kocek yg cukup banyak untuk memiliki game
3. Hanya
bisa bermain sendiri
GAME ONLINE
Kelebihan:
1. Dapat
berinteraksi ke pemain lain
2. Lebih
memiliki tantangan
3. Memperluas
jaringan pertemanan
4. Dapat
bermain secara Group/Team
5. Tidak
cepat membosankan karena sering update
Kekurangan:
1. Harus
ada koneksi internet
2. Lebih
memakan banyak waktu
3. Dapat
menimbulkan kecanduan bermain terus-menerus tanpa memikirkan hal lain
4. Boros,
jika bermain di Warung Internet
5. Jenis
game terbatas
6. Cepat
out of date.
Dari
apa yang sudah saya pelajari di semester 6 ini mengenai perkembangan teknologi
game, setidaknya dapat menambah wawasan saya mengenai perkembangan teknologi
game dari yang awalnya game hanya menggunakan layar monitor CRT (Cathode Ray Tube)
sampai dengan menggunakan layar monitor
LCD (Liquid Crsytal Display), LED
(Light Emitting Diode), dan juga Plasma. Bahkan sampai saat ini banyak game
developer yang meluncurkan game yang berbasis game mobile, sehingga memudahkan banyak
orang yang dapat memiliki game untuk kebutuhan hiburan.
KENDALA
SOFTSKILL
Kendala
pada softskill, yaitu mungkin kurangnya ide dalam menuangkan penulisan yang
baik dan benar. Terlebih yang hanya mengandalkan kecerdasan intelektual saja
tanpa melibatkan kecerdasan emosional dan sosial. Kembali lagi terhadap
masing-masing personal karena softskill itu merupakan karakter pribadi yang
juga termasuk juga keterampilan interpersonal. Tetapi bukan berarti kita harus
diam dan mengalah begitu saja dan hanya mengandalkan hardskill. Pada dasarnya
softskill itu dapat dipelajari, bahkan semenjak dari kita duduk dibangku SD,
SMP, SMA sampai kuliah saat ini pun kita tetap dibekali kecerdasan emosional
dan sosial yang disampaikan melalui pelajaran Agama dan PKN.
Bersosialisasi
mungkin adalah cara agar dapat membantu kita memahami dan dapat menerapkan
kecerdasan emosional dan juga sosial. Dengan cara itu kita dapat memahami
lingkungan sekitar dan mengatasi kendala-kendala yang terjadi di lingkungan
sekitar. Karena, percuma saja apabila kita memiliki kecerdasan intelektual yang
tinggi tetapi kecerdasan emosional dan sosial kita minim, itu akan menghambat
kinerja kita baik dilingkungan pekerjaan maupun masyarakat.
RENCANA
KEDEPAN UNTUK SOFTSKILL
Rencana
saya kedepan untuk softskill, yaitu tetap belajar dan memperdalam wawasan
mengenai kecerdasan emosional dan sosial, baik belajar dari buku, internet
maupun kegiatan sehari-hari dalam bersosialisasi. Karena, dengan cara itu dapat
tetap mengasah ilmu softskill yang kita miliki dan terlebih tetap menjaga tali
silahturahim antar sesama. Softskill bagi saya amatlah sangat penting, karena
tidak selamanya kita berada dilingkungan yang sama. Ketika kita berada
dilingkungan baru, ilmu softskill inilah yang dapat membantu dan mengatasinya.
Referensi:
http://sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/kuliah/apa-itu-soft-skills/
http://nenalatifa.blogspot.com/2013/03/perbedaan-game-offline-online.html