Kamis, 25 Juni 2015

SOFTSKILLS (Kecerdasan Emosional & Sosial)

 

Softskills adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, sifat kepribadian, keterampilan sosial, komunikasi, berbahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang mencirikan kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Softskills merupakan kecerdasan emosional dan sosial (Emotional Inteligence Quotient) yang sangat penting untuk melengkapi hardskills atau kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient). Softskill menyangkut karakter pribadi seseorang yang dapat meningkatkan interaksi individu, kinerja pekerjaan dan prospek karir. Tidak seperti hardskill  yang berkenaan dengan kemampuan menyerap ilmu atau keahlian dan kemampuan untuk melakukan jenis tugas atau kegiatan tertentu, softskill berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan sesamanya  baik di dalam dan di luar tempat kerja. Softskills adalah bentuk kompetensi perilaku sehingga dikenal pula sebagai keterampilan interpersonal atau people skills, yang mencakup keterampilan komunikasi, resolusi konflik dan negosiasi, efektivitas pribadi, pemecahan masalah secara kreatif, pemikiran strategis, membangun tim, keterampilan mempengaruhi dan keterampilan menjual (gagasan atau ide).

Dari  definisi softskills di atas dapat ditarik kesimpulan orang yang mempunyai softskills tinggi adalah orang yang berbudi pekerti, yang mampu mengontrol emosinya dan itu tergambar dalam budi bahasanya, dalam caranya berkomunikasi, perilakunya tidak grusa grusu, satunya kata dan perbuatan atau berintegritas tinggi, tenggang rasa dan toleransi tinggi. Softskill tinggi sudah semestinya menjadi bagian yang melekat (embedded) dalam diri seseorang dengan latar belakang pendidikan atau intelektual tinggi (hardskills).

Persoalannya adalah mengapa para sarjana lulusan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia tidak mesti menunjukkan karakter orang yang berbudi pekerti? Buktinya mudah ditemukan saat kita lihat debat di lembaga DPR yang terhormat yang kerap ditayangkan TV. Mengapa mereka berdebat seperti hanya adu kepandaian dan penguasaan ilmu, pengin menonjolkan diri, merendahkan lawan debat dan tidak berusaha menemukan titik temu guna mendapatkan solusi?  Akhirnya debat di parlemen jadi tidak mendidik orang tentang cara bernegosiasi dan mencapai kesepakatan tapi jadi arena adu mulut yang membosankan dan penuh dengan hujan interupsi. Hal sama dapat ditemukan saat  pejabat birokrasi memberikan pernyataan tentang suatu problem publik. Seringkali mereka mengeluarkan statement yang tidak fokus ke pemecahan masalah terkait dengan tanggungjawabnya malahan menyalahkan atau mencari kambing hitam guna berkelit atau melepaskan diri dari tanggungjawab.

Jika softskills itu menyangkut pembentukan karakter, kita jadi bertanya apakah pendidikan karakter dan akhlak yang  diberikan sejak di TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi itu masih kurang? Kalau ternyata porsi pendidikan karakter yang selama ini ada di pelajaran Agama dan PKN itu ternyata kuantitas dan kualitas sudah cukup, terus apa lagi yang kurang? Saya tidak mempunyai kapasitas dan kompetensi untuk menjawab pertanyaan ini. Namun saya akan mencoba memberikan gambaran tentang apa itu materi yang biasanya menjadi bagian dari pembentukan softskills yang saya temukan di berbagai sumber di internet. Semoga saja informasi ini bisa memberi gambaran tentang apa yang masih kurang atau mungkin tidak bisa disampaikan melalui pelajaran agama dan PKN di sekolahan.

 

 

KEGIATAN SOFTSKILL

Dibangku kuliah semester 6 ini saya mempelajari tentang perkembangan teknologi game. Dari situ saya jadi tahu tentang asal mula adanya video game, mulai dari sejarah dan juga perkembangan game dari waktu ke waktu. Game tidak hanya dimainkan oleh laki-laki saja tetapi banyak juga perempuan yang tidak mau kalah bermain video game. Mulai dari kalangan bawah sampai kalangan tingkat atas bermain video game.

Seiring berjalannya waktu, ternyata perkembangan game amatlah sangat pesat. Mulai dari tampilan yang berkualitas rendah sampai dengan yang 3 dimensi seperti kehidupan nyata. Game yang dahulu hanya bersifat offline, sekarang pun telah banyak game yang bermunculan yang bersifat online. Jadi, semua orang dapat bermain dalam waktu yang bersamaan.

Adapun perbedaan mengenai game online dan offline, yaitu:

GAME OFFLINE

Kelebihan:

1.    Tidak perlu koneksi ke internet

2.    Memiliki grafis dan alur cerita lebih menarik

3.    Waktu tunggu / Loading lebih cepat

4.    Menambah pengetahuan karena terjadinya proses penginstalan game

5.    Lebih santai waktu memainkannya

6.    Banyak jenisnya

7.    Dapat lebih mengatur waktu

8.    Dapat menyesuaikan game dengan kepribadian& keinginan kita.

 

Kekurangan:

1.    Cenderung cepat membosankan

2.    Harus mengeluarkan kocek yg cukup banyak untuk memiliki game

3.    Hanya bisa bermain sendiri

 

GAME ONLINE

Kelebihan:

1.    Dapat berinteraksi ke pemain lain

2.    Lebih memiliki tantangan

3.    Memperluas jaringan pertemanan

4.    Dapat bermain secara Group/Team

5.    Tidak cepat membosankan karena sering update

 

Kekurangan:

1.    Harus ada koneksi internet

2.    Lebih memakan banyak waktu

3.    Dapat menimbulkan kecanduan bermain terus-menerus tanpa memikirkan hal lain

4.    Boros, jika bermain di Warung Internet

5.    Jenis game terbatas

6.    Cepat out of date.

 

Dari apa yang sudah saya pelajari di semester 6 ini mengenai perkembangan teknologi game, setidaknya dapat menambah wawasan saya mengenai perkembangan teknologi game dari yang awalnya game hanya menggunakan layar monitor CRT (Cathode Ray Tube) sampai dengan menggunakan layar monitor LCD (Liquid Crsytal Display), LED (Light Emitting Diode), dan juga Plasma. Bahkan sampai saat ini banyak game developer yang meluncurkan game yang berbasis game mobile, sehingga memudahkan banyak orang yang dapat memiliki game untuk kebutuhan hiburan.

 

 

KENDALA SOFTSKILL

Kendala pada softskill, yaitu mungkin kurangnya ide dalam menuangkan penulisan yang baik dan benar. Terlebih yang hanya mengandalkan kecerdasan intelektual saja tanpa melibatkan kecerdasan emosional dan sosial. Kembali lagi terhadap masing-masing personal karena softskill itu merupakan karakter pribadi yang juga termasuk juga keterampilan interpersonal. Tetapi bukan berarti kita harus diam dan mengalah begitu saja dan hanya mengandalkan hardskill. Pada dasarnya softskill itu dapat dipelajari, bahkan semenjak dari kita duduk dibangku SD, SMP, SMA sampai kuliah saat ini pun kita tetap dibekali kecerdasan emosional dan sosial yang disampaikan melalui pelajaran Agama dan PKN.

Bersosialisasi mungkin adalah cara agar dapat membantu kita memahami dan dapat menerapkan kecerdasan emosional dan juga sosial. Dengan cara itu kita dapat memahami lingkungan sekitar dan mengatasi kendala-kendala yang terjadi di lingkungan sekitar. Karena, percuma saja apabila kita memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi kecerdasan emosional dan sosial kita minim, itu akan menghambat kinerja kita baik dilingkungan pekerjaan maupun masyarakat.

 

 

RENCANA KEDEPAN UNTUK SOFTSKILL

Rencana saya kedepan untuk softskill, yaitu tetap belajar dan memperdalam wawasan mengenai kecerdasan emosional dan sosial, baik belajar dari buku, internet maupun kegiatan sehari-hari dalam bersosialisasi. Karena, dengan cara itu dapat tetap mengasah ilmu softskill yang kita miliki dan terlebih tetap menjaga tali silahturahim antar sesama. Softskill bagi saya amatlah sangat penting, karena tidak selamanya kita berada dilingkungan yang sama. Ketika kita berada dilingkungan baru, ilmu softskill inilah yang dapat membantu dan mengatasinya.

 

 

 

 

 

 

 

Referensi:

http://sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/kuliah/apa-itu-soft-skills/

            http://nenalatifa.blogspot.com/2013/03/perbedaan-game-offline-online.html

0 komentar:

Posting Komentar